Berapa lama kita menganggur sebelum mendapatkan pekerjaan?
Berapa lama kita mengganggur sebelum mendapatkan pekerjaan idaman, yang diimpikan sejak masa kuliah atau bahkan sejak masa sekolah dulu?
Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba saja membayangi benakku 2 belakangan ini. Mungkin benar bahwa aku baru saja mulai terjun ke dunia kerja. Tapi bayangan masa penantian kerja masih terbayang dengan jelas, terlebih setelah dalam 2 hari ini.
Aku tersadar pertama ketika sore-sore ada temenku yang notabene memilih karir di jalur mulia ( baca: dosen), melakukan wawancara online tentang masa penantian alumnus-alumnus dari kampus UGM tercinta, sebelum mendapatkan pekerjaan pertama. Tentunya perhitungan dimulai dari waktu alumnus-alumnus ini diwisuda dan dilepas pihak kampus untuk berburu pekerjaan, bersaing keras dengan alumnus dari kampus lain.
Sedikit ngobrol-ngobrol online sama temenku yang jadi dosen ini, dia ternyata lagi melakukan survey kecil-kecilan tentang tenggang waktu yang dibutuhkan para alumnus sebelum mendapatkan pekerjaan mereka. Memang nggak gampang untuk bersabar menunggu sampai kita mendapatkan pekerjaan idaman kita. Kadang kalau penantian sudah terlalu lama dan mental kita kurang kuat, tak jarang kita merasa stress dan depresi merasa useless dan rendah diri. Kalo hal ini sudah terjadi, berabe bener karena jadinya kita akan menurun kemampuan untuk menjual diri di depan pewawancara dan dengan sendirinya kita juga akan kehilangan motivasi sehingga kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi semakin kecil.
Dini hari ini, tiba-tiba saja ponsel kesayanganku berdering dengan keras. Aku terbangun dari tidurku yang lelap karena kecapekan semalam begadang sampai jam 1.00. Aku lihat nama yang memanggil, oh temenku, cewek alumnus universitas mentereng di Bandung. Hmmm, aku masih pingin tidur dan belum bener2 terjaga males bener angkat tuh telepon. Setelah mati beberapa lama dering ponselku, aku merasa aneh dan curiga aja jam 03.30 dinihari begini koq tumben tiba-tiba menelpon, pasti ada masalah nih, pikirku
Akhirnya aku telepon balik dech, begitu nyambung doi langsung menjawab dengan suara khasnya, sambil berkeluh kesah. Duh, ini dinihari lho, koq malah nangis-nangis. Aduh buyar dech semua mimpiku hehe
Selidik punya selidik ternyata dia lagi merasa tertekan banget karena sampai sekarang masih belum menemukan pekerjaan yang pas dan cocok dengan kriterianya. Duh, kasian juga sih tapi bagaimana lagi, aku cuman bisa bilang mungkin belum ada rejeki itu aja. Aku coba menghibur dan memberikan semangat agar dia termotivasi lagi. Aku tau dia lagi down banget saat ini, tapi sangatlah penting untuk memupuk motivasi dan semangat untuk terus berjuang hingga menemukan pekerjaan yang terbaik dan cocok dengannya.
Mungkin dari sini bisa ditarik sedikit kesimpulan, bahwa persaingan untuk memperoleh pekerjaan semakin lama memang semakin keras. Bukan tidak mungkin bahwa kita akan mengalami depresi kalo kita tidak punya mental yang kuat dan juga bekal yang cukup untuk berkompetisi memperebutkan lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin sengit. Ada baiknya untuk para newbie dalam dunia pencari kerja, untuk terus belajar, baik tips-tips untuk menghadapi interview, maupun tips untuk menghadapi pewawancara( baik HR maupun User).
Jangan takut untuk mencoba, karena setiap kali kita mengikuti wawancara, maka kita akan semakin terasah kemampuan untuk menghadapi wawancara berikutnya! Jadikan test dan wawancara sebelumnya sebagai pengalaman dan guru yang paling berharga untuk test berikutnya. Teruslan memperbaiki kemampuan untuk menjual diri di depan pewawancara (tentu menjual diri dalam makna positif! :p)
Ayo semuanya, tetep semangat!!
Salam,
Riyantoro